Alfred Schutz : Pengarusutamaan Fenomenologi dalam Tradisi Ilmu Sosial



No. Panggil 300.92 MUH a
Pengarang Supraja, Muhamad; Nuruddin Al Akbar;
Tempat Terbit Yogyakarta
Penerbit Gadjah Mada University Press
Tahun Terbit 2020
Subject Fenomenologi; Ilmu; ilmu Sosial; ; Filsafat; Schutz, Alfred;
Klasifikasi 300.92
Abstrak/Catatan Buku yang mengulas mengenai sosok Alfred Schutz, terlebih metodologinya, dapat dikatakan tidak banyak tersedia di tengah dunia akademik. Padahal, sosok Alfred Schutz merupakan salah satu tokoh penting baik dalam ranah ilmu sosial maupun filsafat. Dalam ranah filsafat, ia dikenal sebagai sosok yang mendalami tradisi fenomenologi Husserlian. Dalam ranah ilmu sosial, khususnya sosiologi, ia mendalami proyek metodologis Weber yang saat itu berupaya mengembangkan metodologi interpretatif sebagai upaya melawan kecenderungan tradisi positivisme ilmu (mengambil metodologi dari ilmu alam). Berbasis pada perjumpaannya dengan tradisi filsafat fenomenologi dan sosiologi interpretatif, Schutz mengembangkan metodologinya sendiri yang "khas" untuk memahami bagaimana hakikat tindakan sosial. Proyek metodologis Schutz yang mencoba mengawinkan tradisi filsafat dan sosiologi interpretatif menjadi penting untuk didiseminasikan di dunia akademik secara luas. Hal ini dikarenakan selain agar para akademisi dapat belajar dari "hasil dialog" keilmuan yang telah diformulasikan Schutz sedemikian rupa (tentang fenomenologi dan tindakan sosial), secara lebih jauh para akademisi dapat belajar tentang keberanian melakukan dialog lintas ilmu yang dilakukan oleh Schutz. Pembelajaran ini penting untuk mengurai sekat-sekat keilmuan yang hingga saat ini masih mengemuka di dunia akademik (termasuk Indonesia) sehingga menyulitkan akademisi dalam satu bidang ilmu untuk belajar dari akademisi di bidang lain. Pengalaman Schutz menunjukkan bahwa tidak hanya dialog antarbidang ilmu dimungkinkan untuk dilakukan, namun melalui dialog tersebut dapat tercipta satu tawaran metodologis baru yang dapat dipergunakan oleh para akademisi lintas disiplin yang berbeda. Dengan kata lain, tanpa menghapus bidang ilmu yang sudah terbakukan, Schutz mampu membangun jembatan antara dua bidang ilmu tersebut secara elegan melalui penciptaan metodologi yang bercorak interdisipliner. Sebuah pengalaman yang sekiranya dapat menginspirasi para akademisi baik yang berkecimpung di bidang ilmu sosial humaniora, filsafat, bahkan ilmu alam sekalipun untuk terus mengembangkan dialog keilmuan di antara mereka. Bibliografi : halaman 187-212.