Psikologi olahraga : aplikasi psikologi sosial dalam olahraga beregu



No. Panggil 796.019 ENO p
Pengarang Enoch Markum, M.;
Tempat Terbit Jakarta
Penerbit Kencana
Tahun Terbit 2022
Subject Olahraga; ; Aspek psikologis;
Klasifikasi 796.019
Abstrak/Catatan Olahraga bisa dibagi menjadi dua jenis, yakni olahraga perorangan (individual sports), seperti renang, lari, lompat jauh, lompat tinggi, tinju, dan olahraga beregu (group sports), seperti bola basket, bola voli, sepak bola, dan futsal. Perbedaan utama antara kedua jenis olahraga ini adalah bahwa pada olahraga perorangan yang menentukan keberhasilan performa pemain atau atlet adalah dirinya sendiri karena ia tidak bergantung pada pemain lain (independent sports). Adapun keberhasilan performa pemain pada olahraga beregu bergantung pada pemain lain sebagai anggota tim (interdependent sports). Atas dasar pembagian jenis olahraga tersebut di atas, maka dari perspektif psikologi olahraga, terdapat perbedaan yang mendasar dalam pembinaan dan pengembangan atlet olahraga perorangan dengan atlet olahraga beregu. Pendekatan atlet olahraga perorangan pada intinya mengaplikasikan prinsip psikologi klinis (mengatasi atlet yang mengalami stres, kecemasan, gangguan konsentrasi, takut kalah, dan gangguan fungsi mental lainnya) yang menyebabkan performa atlet tidak optimal. Adapun pendekatan penanganan atlet olahraga beregu adalah mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi sosial yang pada intinya membahas pengaruh kehadiran orang lain terhadap performa kelompok atau tim. Oleh karenanya, dalam buku ini diangkat potensi orang lain yang dapat membuat atau memengaruhi performa tim tidak optimal. Dalam hubungan ini, penulis mengemukakan kehadiran orang lain yang dipersepsikan oleh atlet sebagai faktor yang dapat memengaruhi performa tim, seperti kepemimpinan pelatih, penonton baik yang hadir langsung maupun yang tidak langsung hadir di lapangan pertandingan, orang tua, bahkan kehadiran pelatih dan lawan tanding yang hadir berdampingan. Pelatih juga harus memadukan tim, kerja sama tim, membangun efikasi-kolektif, dan lain-lain yang tidak dibutuhkan dalam olahraga perorangan. Dari gambaran sekilas ini, menurut pendapat penulis, tantangan pelatih olahraga lebih berat dibandingkan dengan tantangan yang dihadapi pelatih olahraga perorangan. Sebab, bukan saja jumlah atlet yang dibinanya lebih dari dua atlet bahkan lebih banyak, melainkan pelatih olahraga beregu harus memiliki kiat khusus atau “seni” untuk memadukan atlet yang berbeda-beda latar belakang budayanya, kebiasaan, keterampilan, dan keunikan serta karakteristik setiap atlet asuhannya. Singkatnya, pelatih harus mampu dan terampil mensinergikan atau mencairkan keterampilan, kebiasaan, dan karakteristik setiap atlet menjadi kekuatan tim. Pelatih harus menanamkan motto atau semboyan: “Kepentingan tim lebih utama dari kepentingan individu pemain”. Mudah-mudahan psikologi sosial dapat membantu pelatih dalam mengatasi tantangan dalam membina dan mengembangkan olahraga beregu. Bagi psikolog olahraga yang menurut penulis “asyik” dengan psikologi klinis, mudah-mudahan buku ini menambah dan membuka wawasan yang menyangkut pembinaan olahraga beregu. Buku ini mengangkat topik asesmen dalam olahraga beregu dengan tujuan mendorong para psikolog olahraga untuk melakukan penelitian di bidang psikologi olahraga yang masih terbatas. Akhirnya, buku ini juga mengangkat topik etika dalam olahraga dengan tujuan mengingatkan para pemangku kepentingan olahraga akibat buruk dan berdampak luas bila etika dan pelanggarannya dalam olahraga diabaikan. Bibliografi dan indeks : halaman 295-313.