Monday, 6 December 2021 11:57

BENCHMARKING KE KANTOR MEDIA BERITA ONLINE KUMPARAN OLEH PERPUSTAKAAN UIN WALISONGO SEMARANG TAHUN 2021



 

Selasa, 23 November 2021 telah diselenggarakan acara benchmarking oleh Perpustakaan UIN Walisongo Semarang di sebuah media berita bernama Kumparan, tepatnya di Jl. Jati Murni no.1A, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Acara ini diikuti oleh 10 orang pustakawan dari Perpustakaan UIN Walisongo Semarang.  Dimulai pukul 09.00 WIB yang dipandu oleh Ibu Dhini Hidayati sebagai manajer komunikasi eksternal Kumparan sekaligus pembawa acara dalam kegiatan ini. Ibu Dhini memperkenalkan tiga narasumbernya yakni (1) Ahmad Romadoni (mas Doni) sebagai Redaktur Kumparan ; (2) Ikhwanul Khabibi (mas Khabibi) sebagai Kepala Peliputan dan Sinkronisasi Konten Kumparan ; dan (3) Edmiraldo Nanda Nopan Siregar (mas Aldo) sebagai Kepala Kolaborasi Kumparan.

Sebelum memasuki acara sharing session, kesempatan penyambutan juga diberikan oleh pembawa acara kepada Perpustakaan UIN Walisongo Semarang yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan yakni Bapak Umar Falahul Alam (pak Umar). Pak Umar terlebih dahulu memperkenalkan punggawanya yang diajak dalam acara benchmarking, yaitu Pak Ulum sebagai kepala pengembangan koleksi, Pak Miswan sebagai ketua kelompok pustakawan, Mas Ahlis sebagai staf ahli perpustakaan, Mas Zainal sebagai general administration staff, mbak Wati sebagai staf pengolahan koleksi, mbak Ika dan mbak Dwi sebagai ujung tombak layanan, serta Bu Ana sebagai koordinator layanan sirkulasi. Pak Umar menyampaikan bahwa acara benchmarking ini sangat dibutuhkan oleh Perpustakaan UIN Walisongo Semarang karena perpustakaan sangat kaya akan informasi namun belum diimbangi dengan diseminasi konten/berita yang menjadi media komunikasi antara perpustakaan dengan pemustaka. Pentingnya konten/berita yang seyogyanya diberikan kepada pemustaka harus diciptakan dan dikelola secara profesional oleh Perpustakaan. Untuk itu, Kumparan sebagai platform media berita digital adalah pilihan tepat bagi Perpustakaan UIN Walisongo Semarang untuk belajar lebih jauh mengenai bagaimana mengelola konten/berita yang profesional sesuai kebutuhan pemustaka masa kini.

Selanjutnya adalah pemaparan para narasumber dari Kumparan. Narasumber pertama disampaikan oleh Mas Ghadi (sapaan akrabnya) yang membahas tentang media sosial. Kumparan memiliki divisi marketing yang khusus mengelola media sosial, divisi ini concern terhadap apa saja yang akan ditayangkan dalam media sosial terutama Instagram yang saat ini menjadi media paling populer di masyarakat Indonesia. Kumparan memiliki framework untuk diseminasi konten dalam media sosial.

Kumparan menyajikan berita dalam media sosial mengandung tiga kategori konten, yaitu user needs, gaya bahasa penyampaian, dan empathy map. Artinya penyampaian suatu berita yang benar-benar pas bagi para pembaca itu sangat penting. Berita yang dapat menumbuhkan engagement dapat menjadi tolak ukur bahwa berita yang disampaikan itu diminati oleh para pembaca, dengan adanya berita yang dapat ‘mengerti’ para pembaca akan membawa digital audience meng-explore konten/berita lain yang lebih jauh lagi dari media yang sudah mendapatkan trust dari para pembaca.

Narasumber pertama ini memberikan kesempatan tanya jawab, dan ada tiga penanya dari Perpustakaan UIN Walisongo Semarang, yakni Mas Ahlis tentang “Bagaimana gaya bahasa yang disampaikan oleh perpustakaan mengingat perpustakaan adalah sebuah instutusi ilmiah?”. Mas Ghadi menjelaskan bahwa perpustakaan sebagai institusi ilmiah tentu harus mengedepankan prinsipnya walaupun gaya bahasa tidak sama dengan media berita seperti Kumparan, perpustakaan pasti lebih tahu kebutuhan pemustakanya dan pemustaka akan tetap antusias terhadap konten/berita yang ditampilkan dalam media sosial perpustakaan karena meraka tahu ranahnya. Perpustakaan juga sebenarnya dapat menyuguhkan berita triggering emotion, namun harus diimbangi dengan berita stopping power.

Kemudian pertanyaan kedua disampaikan oleh Pak Miswan, “Bagaiamana Kumparan mengelola komentar di sosial media saat ini yang dapat dibilang cukup ‘memprihatinkan’?”. Mas Ghadi menaggapi bahwa kumparan akan meminimalisir berita yang dapat memicu rekasi pembaca berlebihan, yakni dengan stopping power, Kumparan akan tetap menyediakan kolom komentar pagi para netizen. Kumparan juga memiliki hoax buster untuk meminimalisir konten/berita yang didapati buruk. Pertanyaan ketiga dilontarkan oleh mbak Ika, “Bagaimana cara meningkatakan followers Instagram?”. Mas Ghadi menjawab bahwa  cara meningkatkan followers adalah memosting berita sesering mungkin, minimal satu hari sekali. Isi berita juga tidak harus melulu informasi, bisa berupa hiburan atau stories. Dalam menyajikan berita media sosial harus punya pillar content untuk memetakan berita yang akaan diposting, seperti berita tentang informasi atau konten tentang fenomena-fenomena sosial lain yang mungkin dapat menjadi hiburan bagi para pembaca.

Narasumber kedua disampaikan oleh Mas Habibi mengenai story. Ada tiga hal utama dalam story Kumparan, yaitu end user oriented, emotion, dan solution. Sebenarnya perpustakaan memiliki audience segmentation yang lebih mengerucut, karena semakin sempit audience segmentation, semakin mudah untuk menganalisa kebutuhannya. Mas Habibi menegaskan bahwa berita yang mengandung unsur emosi akan lebih diminati para pembaca, contoh sederhana adalah berita pencurian maling ayam, ada orang tua mencuri 1 ayam untuk membiayai anaknya membeli kuota internet guna belajar daring akan lebih menarik dibandingkan dengan pencurian 10 ayam yang dilakukan oleh pencuri biasa, karena social behaviour yang sedang viral akan megandung unsur emosi lebih bagi para pembaca. Selain menyajikan berita yang sedang trend juga terkadang perlu memberitakan call to action atau konten solusi dari masalah yang sering dihadapi para pembaca. Ada beberapa bentuk story di Kumparan yang diaplikasikan dalam berita, yaitu listicle, explanatory, konfirmasi, dan reportase. Contoh kecil berita dalam bentuk listikal adalah berita singkat, tidak perlu detail, yang membiarkan para pembaca mencari informasi lebih lanjut di platform yang bertautan seperti website atau media lain. Konten/berita perlu juga disisipi gambar/data/grafis supaya menarik bagi para pembaca. Pemilihan teks dan penempatan gambar juga penting untuk memvisualisasikan isi konten. Gambar tidak perlu dengan jumlah yang banyak, secukupnya misal hanya di awal, tengah, atau akhir artikel supaya tidak mengganggu pembacaan berita.

Narasumber ke-dua ini juga memberikan kesempatan tanya jawab. Ada dua penanya dari Perpustakaan UIN Walisongo Semarang, yaitu Pak Ulum yang bertanya “Apakah dalam pemuatan berita di Kumparan harus melalui redaksi? Dan siapa yang menyaringnya?”. Mas Habibi menjelaskan bahwa berita yang tiap harinya masuk di Kumparan bisa mencapai ribuan, dan tentu hal ini tidak masuk di pimpinan redaksi, karena itu adalah pekerjaan bawahannya, namun pimpinan redaksi sudah memiliki prioritas isu yang harus menjadi pedoman tim redkasi, sehingga tim redaksi tahu berita mana yang harus dimuat.

Pertanyaan ke-dua dilontarkan oleh Mas Ahlis, “Dengan budaya baca masyarakat Indonesia yang cukup rendah, bagaimana mensiasati berita dalam bentuk story di Kumparan?”. Mas Habibi menjelaskan bahwa berita yang dimuat di dalam website Kumparan akan diluncurkan juga di sosial media seperti Instagram, sosial media tersebut yang menjadi ujung tombak media berita karena masyarakat lebih menggangdrungi sosial media dari pada website. Isi/konten berita yang disajikanpun dalam sosial media lebih praktis dibandingkan dengan website, karena ada tiga hal utama yang menarik perhatian pembaca dalam sosial media, yaitu judul, foto/grafis, dan summary.

Selanjutanya Pak Ulum masih bertanya kembali “Bagaimana adsense yang dikelola oleh kumparan? Karena keberadaan adsense di website sebuah media berita banyak menggangu para pembaca”. Mas Habibi menyampaikan bahwa Kumparan telah mengurangi semaksimal mungkin adsense yang muncul dalam website, walapun ada tetapi penempatannya diusahakan tidak menggangu pembaca dalam mencari berita.

Sesi terkahir adalah narasumber Kumparan yang ke-tiga, yaitu Mas Aldo. Narasumber satu ini mengupas tentang website kumparan yang mana beritanya tidak serta merta dari tim jurnalis saja, tetapi juga ada pengisi berita dari external member. Siapa saja dapat menuangkan berita atau opini baik perorangan maupun kelembagaan, namun tentunya berita yang diajukan terlebih dahulu akan melalui tahap seleksi untuk menilai isi dan gaya penulisan yang menarik bagi para pembaca. Pada sesi ini juga diberikan kesempatan tanya jawab, dan ada empat pertanyaan, yakni “bagaimana komersialnya content/opini/cerita dalam Kumparan?” serta pertanyaan yang hampir sama dari Ibu Lolyta dari UIN Syarif Hidayatullah yang turut hadir dalam acara benchmarking, “Apakah ada benefit dari kumparan untuk para penulis?”. Mas Aldo menjawab bahwa berita/cerita/opini sebenarnya adalah sukarela dari penulis untuk kekayaan konten Kumparan, Kumparan tidak memberikan reward kepada penulis, namun penulis dapat memperolehnya melalui sponsor atau lembaganya. Pertanyaan berikutnya yaitu dari Mas Ahlis, “Bagaimana proses review berita di Kumparan?” Mas Aldo menanggapi bahwa ada penyaringan konten, tim redaksi cukup melihat judul yang submit, bila dirasa judul menarik maka akan ditindaklanjuti untuk masuk proses review isi berita, barulah berita yang lolos seleksi akan diolah tim redaktur sehingga menjadi berita yang publish di Kumparan. Mas Ahlis masih menambahkan pertanyaan “Bagaimana Kumparan mengantisipasi plagiasi berita/konten?”. Mas Aldo menjawab bahwa Kumparan memiliki sistem cek plagiasi, dan konten yang masuk pasti diperiksa terlebih dahulu. Namun untuk berita yang diajukan dalam bentuk cetak memang terkadang menyulitkan tim redaktur untuk menilai plagiatnya dengan berita cetak lainnya.

Acara benchmarking ini diakhiri dengan foto dan penyerahan kenang-kenangan bersama. Kumparan berharap dengan adanya benchmarking yang dilakukan oleh Perpustakaan UIN Walisongo Semarang dapat menambah knowledge sharing dan wawasan konten digital yang dapat diaplikasikan di tempat masing-masing, serta benchmarking ini tentu menumbuhkan jalin kerjasama antara kedua belah pihak yang selanjutnya dapat selenggarakan ulang dengan kegiatan-kegiatan lain yang berbeda.