American Corner (Amcor) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang mengadakan acara lokakarya bertema “Digital Storytelling Untuk Melawan hoaks” secara offline di Gedung American Corner UIN Walisongo, Kamis (22/06/2023).
Acara ini dihadiri sebanyak 30 orang mahasiswa UIN Walisongo Semarang dari setiap fakultasnya.
Staff American Corner, Bahrul Ulum membuka acara ini. beliau menyampaikan tujuan dari kegiatan lokakarya tersebut.
“Saya kira workshop yang berkaitan dengan dunia digital sangat perlu sekali. Workshop ini berusaha melatih peserta untuk menguasai tiga hal, yaitu teknologi, kognisi, dan etik. Unsur teknologi ini dimaksudkan pemanfaatan. Kemudian di unsur kognisi itu bagaimana anda mengakses, membuat konten dan menyebarluaskan berita. Lalu, unsur etik yaitu bagaimana peserta mendapatkan, menuliskan apapun ini harus secara benar.”
Ada dua pembicara pada acara lokakarya ini, yaitu Grace Wangge dan Aris Mulyawan.
Kegiatan ini dibagi menjadi empat materi, yakni dunia digital, kreasi konten dan storytelling, algoritma digital, dan praktik pembuatan konten.
Materi pertama dibawakan oleh Grace Wangge. Beliau adalah sekretaris dari Relawan Anti Hoax (REDAXI). Pada sesi ini beliau menyampaikan alasan betapa mengerikannya dunia digital saat ini.
“Sebenarnya, background saya dari kesehatan bukan di bidang komunikasi. Lalu, saya melihat bahwa berita hoaks yang banyak beredar adalah berita tentang kesehatan, misalnya tidak boleh makan durian dari thailand, ulat mangga lebih mematikan, sendok bisa digunakan untuk mengecek kesehatan, dan banyak lagi. Hal inilah yang membuat saya ngeri bagaimana jika masyarakat mempercayai berita hoaks tersebut.” ucapnya.
Sesi kedua dibawakan oleh Aris Mulyawan, seorang jurnalis Suara Merdeka. Beliau menyampaikan kreasi konten dan storytelling.
“Iklan sekarang yang beredar di facebook-instagram mereka menggunakan teknik storytelling untuk mencari pelangganya.”
Beliau juga menyampaikan bagaimana algoritma digital bekerja.
“Kalau di tiktok kalian hanya perlu menggunakan audio yang saat itu ramai digunakan maka konten kalian akan fyp terus. Di twitter, hashtag yang sering digunakan bisa menaikan tweet kalian. Itulah bagaimana algoritma digital dikuasai oleh orang-orang.”
Di akhir sesi, seluruh peserta praktik menulis membuat konten storytelling ringan yang bisa dipublikasikan secara berkelompok.