Fenomena burnout penolong pada bencana : studi kasus staf dan relawan bidang bencana | Perpustakaan Pusat
Text
Bencana yang terjadi di sekitar kita telah menjadi berita utama yang menghiasi tajuk utama baik berita online maupun televisi. Jenis kejadian yang merusak, terjadi secara tiba-tiba berdampak menimbulkan penderitaan pada seluruh komunitas yang terdampak menjadi satu ancaman terbesar dalam hidup masyarakat terdampak. World Health Organization (WHO) mendefinisikan bencana sebagai kejadian yang mengganggu keadaan dalam kondisi normal dan mengakibatkan penderitaan yang melampaui kapasitas penyesuaian komunitas yang mengalaminya (Norris, Galea, Friedman, & Watson, 2006).
Dampak dari bencana mengacu kepada kematian, luka-luka, kerusakan dan kehilangan harta benda, gangguan gaya hidup, kehilangan mata pencaharian, gangguan pelayanan-pelayanan penting, kerusakan infrastruktur nasional dan gangguan sistem pemerintahan, kerugian ekonomi nasional, dampak sosiologis dan psikologis sesudah bencana (Carter, 1991). Dampak dari bencana pada aspek mental maupun perilaku telah teridentifikasi dalam berbagai penelitian yang berhasil dilakukan (Norris, Galea, Friedman, & Watson, 2006). Reaksi-reaksi yang muncul paska bencana antara lain: mati rasa, meningkatnya ketergugahan fisik (hyperarrausal), cemas, munculnya perasaan bersalah, konflik ketika menerima bantuan, munculnya perasaan bimbang dan ragu, ketidakstabilan emosi dan pikiran serta kebingungan yang akut (Palang Merah Indonesia, 2006).
Fenomena tentang burnout pada penolong di bencana telah dipelajari sejak lama. Salah satu cara memahaminya yaitu dengan melihat kejadian yang menggambarkan tentang burnout.
Bibliografi dan glosarium halaman 84-89.
BLU231348 | 361.37 YUL f C.1 | Perpustakaan Pusat UIN Walisongo | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
BLU231349 | 361.37 YUL f C.2 | Perpustakaan Pusat UIN Walisongo | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain