Text
Sangkan paran gender
Lelaki dan perempuan tidak hanya merupakan dasar dalam pembagian kerja, tetapi juga menjadi alat pemisah yang tegas dalam pengakuan dan pengingkaran sosial, ekonomi, dan politik. Pemisahan ini telah mengakibatkan "ketimpangan gender" yang tidak hanya berasal-usul dari suatu kultur, tetapi juga dikuatkan secara kultural melalui berbagai bentuk wacana. Wacana tandingan yang berusaha menggugat hegemoni struktural gender, tidak cukup kuat untuk melahirkan apa yang disebut sebagai kemitrasejajaran, karena agen pendukung wacana tersebut berada dalam ruang sosial, ekonomi, dan politik yang bias lelaki. Dalam konteks ini hubungan perempuan dengan laki laki sepadan dengan pembagian nature dan culture di mana proses kehidupan telah menjadi proses peluhuran, penaklukan, atau pembudayaan nature (perempuan) agar sesuai dengan sifat-sifat, nilai-nilai, dan ukuran-ukuran yang telah disepakati di antara kaum lelaki. Hal ini menuntut terjadinya pergeseran studi gender itu sendiri: bukan lagi studi tentang hubungan lelaki dengan perempuan yang timpang melainkan studi tentang "ruang-ruang sosial" yang melahirkan atau melahirkan kembali ketimpangan gender.
Bibliografi : halaman 326-353.
KU230521 | 305.4 IRW s C.1 | KUPI Corner | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
KU230522 | 305.4 IRW s C.2 | KUPI Corner | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain